Eksplorasi 2019
Halo Semuanyaaaa!!
Udah lama tidak nulis blog nih hehe, kali ini aku ingin bercerita pengalamanku
saat melakukan perjalanan eksplorasi bersama teman-teman Oaseku.
Sebelum melakukan
perjalanan eksplorasi ini, kami sudah diberi perbekalan dan persiapan terlebih
dahulu oleh kakak mentor agar saat eksplorasi kami tidak kaget akan hal-hal
baru dan juga sudah siap menghadapi tantangan yang ada di depan mata nanti. 2
bulanan kami mempersiapkan diri. Persiapannya mulai dari olahraga 30 menit atau
jalan 3 km, membuat jurnal, memasak, mewawancarai orang baru dan lain-lain.
Meskipun
cukup sulit, kadang males, lelah, tapi menurutku itu sepadan dengan apa yang
aku dapatkan selama eksplorasi ini dan jujur, mungkin aku tidak akan sanggup melakukan
eksplorasi ini kalau tidak melakukan persiapannya terlebih dahulu.
Yuk, ikuti
keseruan ceritanya yah!
Pada tanggal
10 November 2019, aku dan teman-teman Oase yang lain akan melakukan perjalanan eksplorasi
ke Kampung Zuhud, Dusun Sukajadi, Desa Hergamanah, Kecamatan Cidolog, Kabupaten
Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Kami berangkat dengan total anak 24 orang, 14
laki-laki, 10 perempuan juga ditemani para kakak mentor yang setia membimbing
dan menemani kami. Sebelum berangkat kami juga sudah dibagi per tim atau per
regu. Rata-rata satu regu terdiri dari 3 orang, tetapi ada juga yang regunya
hanya 2 orang, dan ada juga yang 1 regunya 4 orang sekaligus. Regu laki-laki
diberi nama rasi bintang atau zodiak, sedangkan regu perempuan diberi nama
bunga. Nama reguku adalah Libra, reguku beranggotakan 3 orang, aku (15 tahun),
Nico (15 tahun) dan juga Raja (11 tahun). Kebetulan aku adalah pemimpin reguku
lohh hehe.
Kami
berkumpul di Stasiun Pasar Senen jam 7 malam, tapi karena aku lebih awal
datangnya sekitar jam 6 lewat, jadi aku menunggu sebentar di depan musholla
bersama temanku Danish yang juga lebih awal datangnya. Setelah sudah banyak
yang berkumpul aku, Vacha, Syabil dan teman teman yang lain, dimintai tolong
oleh kak Ayu untuk mengeprint tiket keretanya. Karena aku belum pernah
mengeprint tiket kereta, jadi aku diajari caranya oleh Vacha. Jadi pengalaman
baru deh hehehe.
Setelah
semua tiket sudah diprint kami serahkan tiketnya pada kak Raken, lalu kami
semua menunggu teman teman yang belum datang seperti Billy, Athar, dan Raja. Kita
juga menunggu Vacha, karena saat mengeprint tadi mesin yang Vacha gunakan rusak
atau eror, jadi tiketnya tidak keluar, harus diurus ke petugasnya terlebih dulu
ditemani kak Ayu.
Setelah
semuanya datang, sekitar jam setengah 9, kami semua briefing bersama dan berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing masing agar diberi kelancaran dan
kemudahan dalam perjalanan. Lalu kak Raken membagikan tiket ke semua peserta
eksplorasi.
Sesudah itu
kami semua berpamitan dengan keluarga dan mempersiapkan diri untuk naik kereta.
Perasaanku excited dan senang karena ini pertama kalinya aku melakukan live-in
atau tinggal di rumah orang yang tidak dikenal sama sekali, jadinya kepikiran
terus hehe.
Sesuai
dengan jadwal keberangkatannya yaitu jam 9 malam, kami berangkat menuju stasiun
Tasikmalaya. Diperkirakan kami akan sampai jam 4 pagi disana, berarti kami akan
menghabiskan waktu sekitar 7 jam di dalam kereta.
Saat di kereta, beberapa
temanku ada yang di tegur oleh petugas keamanan karena suara mereka terlalu
kencang, untungnya aku dan teman teman yang berada di sampingku Billy, Athar,
Nico, Ibrahim dan juga Giga suaranya pelan pelan jadi kami tidak di sampai di
tegur, menurutku pelajaran yang bisa diambil adalah “ngobrol dan bercanda
boleh, tapi harus lihat kondisi sekitar” karena kita kan naik kereta umum, jadi
suaranya harus pelan pelan dan juga berkata sopan santun.
Ternyata
diluar perkiraan, kami sampai di Tasik jam setengah 5, telat 30 menitan.
Mungkin penyebabnya karena ada perubahan jadwal atau transit yang lumayan lama.
Selepas kami turun dari kereta, kami langsung menaruh tas kami di mobil bak dan
segara berjalan ke musholla untuk melakukan sholat subuh dan cuci muka, bersih-bersih.
Karena sudah lumayan telat dari jadwal, yang tadinya jadwalnya sarapan,
akhirnya kami hanya diminta tempat makan oleh kak Raken, biar kak Raken yang isi
makanannya dan makan di Kampung Zuhud saja. Sekitar jam 5 subuh kami berangkat
dari stasiun Tasik menggunakan 2 mobil bak, 1 berisi putra, 1 berisi putri.
Saat kami sampai, dengan mobil gagah putih pajeronya, Abah Apep dan Ambu
Yohan menyambut kami penuh kehangatan. Mereka merupakan pemilik Kampung Zuhud
dimana kami akan melakukan eksplorasi nanti. Oh iya, Kampung Zuhud sendiri itu
bukan benar-benar kampung lho! Jadi sebenarnya pertamanya itu tanahnya Abah
Apep, tapi karena Abah Apep ingin membuat seperti area belajar, dinamakanlah
Kampung Zuhud. Kenapa namanya Kampung Zuhud? Nama tersebut diambil dari nama
panjang Abah Apep yaitu Apep Zuhdi (Zuhud), yuk follow instagramnya
@kampungzuhud untuk detailnya yaaa.
Kami berhenti
di alun-alun Manon Jaya untuk menunggu kak Raken mengisi tempat bekal kami.
Sambil menunggu, akhirnya kami memutuskan bersantai sebentar sambil menghirup
udara segar, tapi sebagian besar memutuskan untuk bermain, main jala ikan, main
bola, dan juga main benteng. Nah saat main benteng, aku sebenarnya sudah
kentut-kentut kebelet ingin buang air besar, tapi aku tahan karena ini lagi
seru-serunya jadinya aku teruskan bermain. Tiba-tiba saja aku terkejar oleh
Indri, karena aku sudah kena, akhirnya aku memutuskan untuk ke toilet terdekat
untuk buang air besar.
Toilet yang paling dekat berada di masjid, nah aku di
toilet sekitar 15 menit, setelah aku keluar toilet rasanya lega tapi aku kaget
karena di alun-alun sudah tidak ada teman-temanku juga kakak-kakak mentor,
perasaanku saat itu panik bercampur takut. Untungnya mobil baknya belum jalan
jadi aku lari secepat mungkin menuju mobil baknya yang sudah berada di pinggir
jalan. Saat aku sampai di mobil bak, teman-temanku sudah lengkap semua,
ternyata mereka hanya menunggu aku saja, bahkan mobil bak putri sudah berangkat
lebih dahulu.
Aku
bersyukur karena aku masih ditunggu oleh rombonganku dan teman temanku masih
ingat sama aku coba kalau tidak ingat, aku langsung ditinggal deh hiks.
Pelajaran yang dapat kuambil dari peristiwa kali ini adalah “kita harus izin
dan mengabari yang lain sebelum kemana mana, karena kita pergi bersama harus saling
menjaga dan mengingatkan.”
Dalam
perjalanan di mobil bak, kami menikmati sekeliling kami, merasakan angin sepoi-sepoi
yang dingin menyapa kulit, melihat matahari terbit, mengobrol dengan teman-teman
sambil kak Andit memberikan arahan juga tips selama eksplorasi. Lama kelamaan,
yang tadi sekitarnya toko-toko, rumah, masih terdengar bunyi kendaran lalu
lalang, jalannya masih aspal atau bagus, makin jauh makin banyak pohon, hutan,
jalannya juga agak berbatu dan makin menanjak, makin meliuk-liuk dan berbelok-belok
yang membuat perjalanan ini jadi semakin seruuuuuu!. Bahkan beberapa temanku yang
berdiri seperti Syauqi terkena ranting pohon di wajahnya hahaha, untungnya dia baik
baik saja.
Setelah
sekitar 1 jam, kami sampai di Kampung Zuhud. Ternyata kita sampai lebih dulu
daripada mobil bak putri, padahal yang berangkat duluan adalah mereka. Ternyata
supir mereka memilih rute yang lebih jauh entah kenapa. Kami sampai sekitar jam
setengah 8 pagi di sana. Sesaat setelah sampai, kami langsung ke saung dan
segera sarapan yang telah diisi oleh kak Raken. Yaitu nasi kuning. Setelah sarapan kami diberi waktu untuk
mencuci tempat makan masing-masing dan juga istirahat sebentar. Karena jam 9 nanti
kita akan bertemu dengan Kepala Dusun juga Kepala Desa di saung Kazu (Kampung
Zuhud).
Selanjutnya kira-kira 30 menit kami
beristirahat, kami langsung kedatangan pak Kepala Desa atau sebutannya pak “Kuwuk”
yaitu pak Cece Armudin dan juga Kepala Dusun yaitu pak Edi. Kami beramah tamah
dengan mereka, pak Cece dan pak Edi memberikan arahan, setelah itu kami diajak berkeliling
Dusun Sukajadi oleh mang Ondin selaku ketua Karang Taruna di sana. Saat berkeliling
kami bertemu warga, kami salim dan juga menyapa mereka, orangnya di sana ramah
ramah pisan euy, di sana juga ada rumah panggung loh, meskipun tidak terlalu
tinggi seperti yang ada di Sumatera, di bawahnya terdapat pasak untuk menahan
rumahnya, sebutanya di sana “tatapakan”, terbuat dari batu yang tingginya kira-kira
sekaki kita.
Ada yang masih tradisional rumahnya masih pakai anyaman bambu,
pakai kayu, tapi ada juga yang sudah modern. Setelah kami berkeliling kami kembali
ke Kazu untuk makan siang dan sholat dzuhur.
Habis itu kami diajak ke empang
abah Apep, untuk membantu melepaskan ikan. Perasaanku sih biasa aja, soalnya
aku udah sering megang ikan hidup. Dari situ kami diajak ke dam. Apa itu dam? Dam
itu semacam sungai, tapi orang orang disana menyebutnya dam, aku juga tidak tahu
alasanya kenapa.
Berjarak kira-kira 1 km empang, kami berjalan menyusuri hutan
dan juga turunan tanjakan. Perasaanku senang sekali saat itu, berasa jadi bocah
petualang, hehe. Aku berbincang-bincang dengan mang Ondin selama di perjalanan,
di sini katanya hewan liarnya ada banyak, ada ular, ular cobra, kalajengking,
ikan mujair, ikan-ikan kecil, serangga, kucing hutan, tupai, musang pandan,
musang merah atau rubah, sebutanya di sana “lasun”, dan juga ada berang-berang
loh! Makanya rata-rata empang di sana dikasih pagar agar ikan-ikan warga tidak dicuri
oleh berang-berang.
Aku juga sempat melihat bangkai ikan, dugaanku seperti ada bekas
gigitan berang-berang. Kalau lasun atau rubah, seringnya makan ayam warga, tapi
itu dulu sih, sekarang sudah jarang karena populasinya yang menurun, kata mang
Ondin. “Mang, aman ga sih kalau kita jalan di hutan kayak gini?” tanyaku ingin
tahu. “Kalau sekarang sih aman aja karena lagi musim kemarau jadi hewannya
jarang keluar dari rumahnya, tapi kalau pun musim hujan aman aja asal kitanya
ga ganggu duluan” jawabnya. Aku jadi dapat pelajaran baru deh dari mang Ondin,
hehe.
Sesaat setelah sampai, kami langsung bermain di sana, main ciprat-
cipratan air, berenang, tapi yang paling seru adalah lompat dari ketinggian! Tingginya
sekitar 5 meteran, awalnya banyak yang takut lompat, tapi kalau aku sih berani
jadi aku dan beberapa teman yang berani langsung melompat saja, byurr!! Yeayyy segar
banget airnya!. Nico, salah seorang temanku justru terjatuh saat melompat dari
ketinggian, karena ragu-ragu. Untungnya dia jatuh ke tumpukan dedaunan jadi
aman, tidak langsung jatuh ke tanah. Athar temanku yang awalnya takut melompat,
tapi karena disemangati oleh teman teman yang lain jadi berani deh untuk melompat.
Pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa kali ini ialah “jangan ragu-ragu,
harus bisa mengambil keputusan, pikirkanlah matang matang, jika sudah yakin
baru bertindak. Selain itu ketika takut tidak menjadi ketakutan, rasa itu baik
untuk menguji keberanian.” Btw yang terakhir itu quotesnya kak Raken ya hehe. Setelah
itu kami kembali ke Kazu, mandi sore, sholat maghrib dan kami menikmati makan
malam bersama. Sehabis itu kita briefing lagi karena kita akan menginap dan
tinggal di rumah warga Dusun Sukajadi.
Malamnya kami diantar oleh kakak mentor
ke rumah warga. Perasaanku waktu itu campur aduk, antara senang dan excited
juga cemas. Kebetulan sebelum berangkat kami dibagi lagi mentornya setiap 2
regu dipegang oleh 1 mentor. Kakak mentor ku kak Andit. Setelah diantar kami
salim ke ortu asuh kami, nama bapak asuhku namanya pak Kusnadi atau panggilan
akrabnya pak Engkus. Kami berbincang di ruang tamunya, kami juga bertemu dengan
istrinya yaitu ibu Siti Rohayati, dan anaknya yang masih duduk dibangku kelas 5
SD, Dion.
Aku ingat apa yang dikatakan kak Shanty waktu pertemuan eksplorasi, “kalau
mau gampang bicara atau ngobrolnya dengan orang baru yang sebelumnya tidak
dikenal, coba cari kesamaan deh”. Akhirnya aku menemukan satu kesamaanku dengan
keluarga asuhku yaitu, sama sama suka binatang, ibu Siti pernah cerita kalau
dulu pernah punya kambing terus melahirkan tapi anaknya tidak mau disusuin sama
induknya, akhirnya sama ibu dikasih susu dot sampai besar, dijadiin hewan
peliharaan bukan hewan ternak, udah kayak kucing, bahkan sampe masuk rumah. Tapi
akhirnya dijual juga sama pak Engkus. Selain kambing ibu kami pernah memelihara
banyak kucing. Segera setelah kami mengobrol sekitar 1 jam, kami langsung izin
untuk tidur. Kami langsung diantar ke kamar yang sudah disiapkan untuk kami.
Paginya
aku dan Raja dibangunkan oleh Nico. Kami bangun sekitar jam 3 pagi, langsung
merapikan kamar, barang, dan juga ke toilet untuk membersihkan diri. Adzan subuh
berkumandang, kami bertiga juga dengan pak Engkus dan Dion pergi ke masjid
untuk mejalankan ibadah sholat subuh. Sepulang dari masjid, kami langsung
berinisiatif membantu ibu kami yang sedang memasak. Kami membantu motong sayur,
mengulek bumbu, sampai memasak nasi. Sebenarnya ibunya sudah agak modern,
beliau masak nasi menggunakan rice cooker atau magic com, tapi karena ada kami,
yang ingin mempelajari kehidupan orang di desa, si ibu malah menggunakan tungku
untuk memasak nasinya.
Menurutku nasi yang dimasak di tungku lebih enak juga
lebih lembut. Kalau waktu masak nasi
kata ibunya “ngasuro” “ngasur ngasur ka jero” yang dalam bahasa Indonesianya
berarti masuk masukin kedalam. Tungku kan bahan bakar utamanya kayu, nah
kayunya ini ngasuro, ngasur ngasur ka jero. Setelah itu seperti pesan kak Andit
setiap habis subuh, dan habis maghrib kami harus kembali ke Kazu untuk laporan
dan evaluasi sudah ngapain aja tadi. Setelah kami ke Kazu kami langsung kembali
ke rumah dan langsung sarapan pagi. Setelah kami sarapan pagi, kami langsung
cuci piring, dan bersih-bersih rumah membantu ibu. Setelah itu kami bersantai
dan juga menunggu giliran mandi. Untungnya di rumah kami sudah ada fasilitas
kamar mandi yang lumayan bagus juga tertutup. Sumber airnya juga mudah.
Soalnya
beberapa temanku ada yang di rumahnya airnya susah karena musim kemarau, jadi
mereka harus berjalan dulu untuk mandi dan mengambil air untuk dipakai
keperluan sehari-hari. Aku bersyukur rumah kami tidak terlalu susah atau tidak
terlalu mewah, jadi pas aja sederhana. Bapak ibu kami lumayan bisa berbahasa Indonesia,
meskipun lebih sering dan fasih berbahasa Sunda. Beberapa temanku memiliki ortu
yang kurang fasih berbahasa Indonesia. Setelah mandi kami bertiga juga mencuci
baju masing masing, selepas itu kami diajak oleh pak Engkus menangkap ayam
untuk lauk makan siang. Tapi karena ayamnya kabur terus, kami dibantu Yazdad, anak
kedua abah Apep yang merupakan anak homeschooling juga.
Setelah perjuangan
sekitar 15 menit, akhirnya dapet juga deh, ternyata menangkap ayam susah juga
ya, kayak di kartun Upin dan Ipin hehe. Menyembelih ayam hidup merupakan
pengalaman pertamaku disana. Perasaanku sempat tegang karena aku takut cara
motongnya salah, untungnya aku dibimbing oleh abah Apep dengan cara yang sesuai
menurut agama Islam. Proses membersihkan ayam setelah dipotong pun aku baru
mengalaminya, bersihin organ dalamnya seperti usus dan lambung menjadi bagian
tugasku. Mencabuti bulu bulu ayam menjadi tugas kedua temanku.
Kami lalu
memanggang ayam itu di belakang rumah kami dengan olesan saus kecap yang lezat.
Selanjutnya kami istirahat tidur-tiduran di kamar. Tiba-tiba lampu bohlam di
kamar gerak gerak sendiri, dan lantai tanah pun bergerak-gerak. Tetangga pada
berteriak “lini, lini!!” ternyata tadi itu adalah gempa ringan, dan lini itu
artinya gempa dalam bahasa Sunda. Kata si ibu mah di sini udah sering terjadi
gempa, jadi udah biasa. Perasaanku sih waktu itu panik juga kaget karena di
rumahku jarang sekali terjadi gempa. Sehabis sholat Dzuhur kami bertiga dan
para anak Oase lain pun pergi menuju lapangan di dekat Kazu. Nama lapangannya
adalah “kaler kidul” yang berarti tempat berkumpulnya anak-anak utara (daerah bagian
atas) dan selatan (daerah bagian bawah) untuk bertanding bola di sana. Tapi karena
ada kami para anak Oase, akhirnya mereka bergabung menjadi 1 melawan kami. Anak
Oase melawan anak kampung.
Meskipun aku tidak ikut bermain, hanya melihat saja,
aku tetap ikut menyemangati kedua pihak. Setelah bermain bola kami pulang
kerumah masing-masing.
Hari per
hari kujalani hayati, tidak terasa sudah 5 harian kami menginap di rumah ortu asuh
kami, di Dusun Sukajadi, aku belajar banyak hal, dari melihat proses menempa
besi, melihat proses pembuatan gula aren, menanam pohon, membantu membuat bolu
kukus, membantu menyiram cabai, belajar juga membantu membuat cemilan sotong langsung di pabriknya,
menangkap ikan, dan masih banyak lagi pengalaman seru dan berkesan lainnya. Kalau
diceritakan atau diungkapkan semua bisa-bisa segunung deh pokoknya hehehe.
Meskipun
aku sempat sakit demam, pusing dimalam puncak api unggun dan tidak hadir, aku
tetap bersyukur dan bahagia karena sudah belajar dan memahami banyak hal selama
aku tinggal di sana. Subuhnya kami dijemput oleh kak Andit kami berpamitan
dengan keluarga asuh kami, berterimkasih juga bermaaf-maafan jika ada yang
kurang berkenan.
Kami pulang menggunakan bis AC alami sampai ke Kota Tasik, dan
melanjutkan dengan menggunakan bis premium yang super nyaman. Kakak mentor
emang pengertian banget deh hehehe.
Pelajaran dan pengalaman yang kudapat
banyak sekali hingga tidak bisa kutulis di ungkapkan, yang ku bisa lakukan
hanyalah berterimakasih sebanyak banyaknya kepada para kakak-kakak mentor yang
senantiasa menemani dan membimbing kami, terimakasih juga seluruh warga Dusun
Sukajadi terutama ortu asuhku ibu Siti dan pak Engkus yang rela rumahnya kami
tempati, dengan senang hati mengajari kami tentang kehidupan di desa. Aku haturkan juga
terimakasih sebanyak banyaknya kepada ambu Yohan dan abah Apep yang telah
berkenan menerima kami dengan tulus dan mempersiapkan segala macam hal demi
kelancaran kegiatan eksplorasi kali ini. Teman-teman seperjuanganku aku juga
berterimakasih dan bersyukur kita bisa belajar bersama mendalami kehidupan
dengan bahagia dikesempatan kali ini. Semoga perjalanan eksplorasi kali ini
berkah, bermanfaat, dan berdampak positif pada kita semua.