Kamis, 16 April 2020


Refleksi Oase Term 2020

Di term kali ini, ada 4 kegiatan yang menurutku semuanya seru, ada videografi, multilateral, Juru Rupa dan Menulis. Sayangnya aku tidak dapat mengikuti kegiatan Juru Rupa (sketching/menggambar) dan juga videografi, karena waktu itu aku demam dan batuk pilek. Padahal aku ingin mencoba mulai belajar sketching dan ingin menambah ilmuku di bidang videografi, mungkin nanti ada kesempatan lain hehe.

Aku paling suka kegiatan multilateral (olahraga), karena selain aku suka bergerak, aku jadi banyak belajar cara berolahraga yang baik dan benar, langsung dari ahlinya. Karena dulunya aku belum tau cara pemanasan/peregangan, berlari, mengatur nafas, dan pendinginan yang baik dan benar. Terutama saat sprint atau lari, biasanya aku cepat lelah dan mudah ngos-ngosan.

Meskipun aku tidak terlalu suka menulis, tapi aku juga merasa mendapat ilmu yang lumayan banyak untuk mempermudahku dalam menulis, contohnya: Elemen yang memperkaya tulisan, 6 ide menulis, bagaimana membuat judul yang menarik, dll. Karena biasanya saat aku menulis aku suka stuck, gatau mau menulis apalagi, agak nyangkut gitu tulisannya jadi banyak tulisanku yang gak selesai.

Harapanku kedepanya aku bisa mendapat ilmu, pengalaman, link dan juga banyak teman baru, terutama dibidang biologi atau hewan karena aku menyukai bidang itu hehe.


Minggu, 08 Maret 2020


Tantangan Menuju Wide Games

1.  Riset rute KRL, MRT & Transjakarta

Mana saja stasiun KRL/MRT/Transjakarta yang termasuk wilayah Jakarta?

KRL

Klender Baru
Klender
Buaran
Jatinegara
Pondok Jati
Kramat
Pasar Senen
Kemayoran
Manggarai
Cikini
Gondangdia
Juanda
Sawah Besar
Tebet
Cawang
Grogol
Pesing
Taman Kota
Palmerah
Kebayoran

MRT

Benhil
Blok M
Bundaran HI
Dukuh Atas
Istora
Lebak Bulus
Senayan
Setia Budi

Halte & Terminal Transjakarta

BI
Buaran
Pulo Gadung
Pinang Ranti
Monas
Pulomas
Sawah Besar
Jembatan Baru

2. Apa saja dari tiga kendaraan umum yang menjadi pilihanmu untuk wide games dan kenapa?

        Saya lebih memilih Transjakarta dan KRL karena      Keduanya sudah pernah saya naiki dan Transjakarta dan      KRL menjangkau hampir keseluruh wilayah Jakarta dengan  mudah.

3. Dimana saran titik start dan finish yang enak menurut kamu untuk menjelajah Jakarta agar bisa menemukan 5 tempat yang asyik dan satu monument untuk dikunjungi?


Rencana saya bersama kelompok saya sih ingin ke       berkunjung ke TMII di daerah Jakarta Timur, disana banyak tempat menarik dan juga sangat dekat dengan Monumen Pancasila Lubang Buaya. Tapi rute Transjakarta yang akan kami naiki nanti itu rutenya melewati daerah Bekasi, jadi saya masih belum yakin bisa apa tidak kesana. Tapi jika bisa, saya memilih titik start yang saya sarankan sih di Stasiun KRL Klender, dan titik finish di Stasiun KRL Klender lagi, karena sangat dekat dan mudah untuk mengunjungi daerah TMII.




Sabtu, 07 Maret 2020



Sabana Bekol, Jawa rasa Afrika

Lebaran tahun 2018 kemarin saya sekeluarga memutuskan untuk berlibur ke Taman Nasional Baluran, Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Taman nasional ini sangat terkenal akan keindahan dan kemiripannya dengan alam liar Afrika, karena sama sama mayoritasnya bervegetasi padang rumput. Kami berangkat sekitar jam 3 pagi menggunakan mobil dari rumah tanteku yang berada di Bondowoso, meskipun kelopak mataku serasa di lem, karena sangat mengantuknya aku saat itu. Kami sampai di Baluran kira kira jam 7 pagi, karena belum dibuka jalur menuju taman nasionalnya, kami memutuskan untuk mengunjungi kantornya terlebih dahulu, sekalian sarapan bekal yang sudah kami siapkan dari rumah. Aku dan abang sepupuku memutuskan untuk kebelakang kantor itu untuk melihat lihat sambil ditemani penjaganya, kami melihat ayam hutan yang sangat indah, karena warnanya sangat bergradasi dari ungu kebiruan, merah, hingga cokelat kehitaman. Kami juga mendengar merdunya kicauan burung burung liar disitu. Di Taman Nasional Baluran terdapat banyak vegetasi, dari sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan taman nasional ini, yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan. Seingat saya, kami hanya mengunjungi 3 vegetasi, yaitu hutan hijau, hutan mangrove dan sabana. Kali ini saya ingin fokus membahas di sabana bekolnya saja, karena menurut saya, ini yang paling membuat saya berkesan diantara vegetasi yang lain. Untuk sampai ke sabana bekol, kami perlu menempuh kira kira 2 jam melewati hutan liar, jalannya sudah terbentuk jadi tidak akan tersesat sih, tapi jika kita beruntung kita bisa melihat hewan liarnya sedang menyebrangi jalan. Perasaanku waktu itu antara excited dan takut, karena ini mirip taman safari tapi lebih liar, jadinya agak was was. Saat diperjalanan, kami melihat seekor merak betina sedang menyebrangi jalan saat itu, warnanya merah kecoklatan dan kuning keemasan, pokoknya cantik banget deh. Saat sampai di sabana, tempatnya indah sekali, daratan dipenuhi dengan hamparan padang rumput, mirip banget dengan sabana yang berada di Afrika menurutku. Disana sudah ada pembatasnya antara pengunjung dan hewan liarnya, jadi aman. Disana juga terdapat banyak sekali spot foto yang bagus, salah satu spot yang menurutku bagus adalah spot yang pas berada di belakang gunung Baluran, indah banget deh pokoknya. Ada juga spot foto yang latar belakangnya tengkorak kerbau, rasanya seperti jadi koboi gitu, vibenya dapet banget. Disana terdapat banyak sekali fauna, dari kerbau, elang, merak, macan tutul, monyet, dan lain lain. Cocok banget untuk wisata keluarga, cocok juga untuk wisata sama teman, atau juga sendiri. Bisa belajar alam sambil menikmati indahnya alam juga. 

     
        
                                                                     

        

                                         
  
           

Sabtu, 23 November 2019


Eksplorasi 2019

Halo Semuanyaaaa!! Udah lama tidak nulis blog nih hehe, kali ini aku ingin bercerita pengalamanku saat melakukan perjalanan eksplorasi bersama teman-teman Oaseku.

Sebelum melakukan perjalanan eksplorasi ini, kami sudah diberi perbekalan dan persiapan terlebih dahulu oleh kakak mentor agar saat eksplorasi kami tidak kaget akan hal-hal baru dan juga sudah siap menghadapi tantangan yang ada di depan mata nanti. 2 bulanan kami mempersiapkan diri. Persiapannya mulai dari olahraga 30 menit atau jalan 3 km, membuat jurnal, memasak, mewawancarai orang baru dan lain-lain.

Meskipun cukup sulit, kadang males, lelah, tapi menurutku itu sepadan dengan apa yang aku dapatkan selama eksplorasi ini dan jujur, mungkin aku tidak akan sanggup melakukan eksplorasi ini kalau tidak melakukan persiapannya terlebih dahulu.

Yuk, ikuti keseruan ceritanya yah!

Pada tanggal 10 November 2019, aku dan teman-teman Oase yang lain akan melakukan perjalanan eksplorasi ke Kampung Zuhud, Dusun Sukajadi, Desa Hergamanah, Kecamatan Cidolog, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Kami berangkat dengan total anak 24 orang, 14 laki-laki, 10 perempuan juga ditemani para kakak mentor yang setia membimbing dan menemani kami. Sebelum berangkat kami juga sudah dibagi per tim atau per regu. Rata-rata satu regu terdiri dari 3 orang, tetapi ada juga yang regunya hanya 2 orang, dan ada juga yang 1 regunya 4 orang sekaligus. Regu laki-laki diberi nama rasi bintang atau zodiak, sedangkan regu perempuan diberi nama bunga. Nama reguku adalah Libra, reguku beranggotakan 3 orang, aku (15 tahun), Nico (15 tahun) dan juga Raja (11 tahun). Kebetulan aku adalah pemimpin reguku lohh hehe.

Kami berkumpul di Stasiun Pasar Senen jam 7 malam, tapi karena aku lebih awal datangnya sekitar jam 6 lewat, jadi aku menunggu sebentar di depan musholla bersama temanku Danish yang juga lebih awal datangnya. Setelah sudah banyak yang berkumpul aku, Vacha, Syabil dan teman teman yang lain, dimintai tolong oleh kak Ayu untuk mengeprint tiket keretanya. Karena aku belum pernah mengeprint tiket kereta, jadi aku diajari caranya oleh Vacha. Jadi pengalaman baru deh hehehe.

Setelah semua tiket sudah diprint kami serahkan tiketnya pada kak Raken, lalu kami semua menunggu teman teman yang belum datang seperti Billy, Athar, dan Raja. Kita juga menunggu Vacha, karena saat mengeprint tadi mesin yang Vacha gunakan rusak atau eror, jadi tiketnya tidak keluar, harus diurus ke petugasnya terlebih dulu ditemani kak Ayu.

Setelah semuanya datang, sekitar jam setengah 9, kami semua briefing bersama dan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing masing agar diberi kelancaran dan kemudahan dalam perjalanan. Lalu kak Raken membagikan tiket ke semua peserta eksplorasi.

Sesudah itu kami semua berpamitan dengan keluarga dan mempersiapkan diri untuk naik kereta. Perasaanku excited dan senang karena ini pertama kalinya aku melakukan live-in atau tinggal di rumah orang yang tidak dikenal sama sekali, jadinya kepikiran terus hehe.  

Sesuai dengan jadwal keberangkatannya yaitu jam 9 malam, kami berangkat menuju stasiun Tasikmalaya. Diperkirakan kami akan sampai jam 4 pagi disana, berarti kami akan menghabiskan waktu sekitar 7 jam di dalam kereta. 

Saat di kereta, beberapa temanku ada yang di tegur oleh petugas keamanan karena suara mereka terlalu kencang, untungnya aku dan teman teman yang berada di sampingku Billy, Athar, Nico, Ibrahim dan juga Giga suaranya pelan pelan jadi kami tidak di sampai di tegur, menurutku pelajaran yang bisa diambil adalah “ngobrol dan bercanda boleh, tapi harus lihat kondisi sekitar” karena kita kan naik kereta umum, jadi suaranya harus pelan pelan dan juga berkata sopan santun.

Ternyata diluar perkiraan, kami sampai di Tasik jam setengah 5, telat 30 menitan. Mungkin penyebabnya karena ada perubahan jadwal atau transit yang lumayan lama. Selepas kami turun dari kereta, kami langsung menaruh tas kami di mobil bak dan segara berjalan ke musholla untuk melakukan sholat subuh dan cuci muka, bersih-bersih. Karena sudah lumayan telat dari jadwal, yang tadinya jadwalnya sarapan, akhirnya kami hanya diminta tempat makan oleh kak Raken, biar kak Raken yang isi makanannya dan makan di Kampung Zuhud saja. Sekitar jam 5 subuh kami berangkat dari stasiun Tasik menggunakan 2 mobil bak, 1 berisi putra, 1 berisi putri. 

Saat kami sampai, dengan mobil gagah putih pajeronya, Abah Apep dan Ambu Yohan menyambut kami penuh kehangatan. Mereka merupakan pemilik Kampung Zuhud dimana kami akan melakukan eksplorasi nanti. Oh iya, Kampung Zuhud sendiri itu bukan benar-benar kampung lho! Jadi sebenarnya pertamanya itu tanahnya Abah Apep, tapi karena Abah Apep ingin membuat seperti area belajar, dinamakanlah Kampung Zuhud. Kenapa namanya Kampung Zuhud? Nama tersebut diambil dari nama panjang Abah Apep yaitu Apep Zuhdi (Zuhud), yuk follow instagramnya @kampungzuhud untuk detailnya yaaa.

Kami berhenti di alun-alun Manon Jaya untuk menunggu kak Raken mengisi tempat bekal kami. Sambil menunggu, akhirnya kami memutuskan bersantai sebentar sambil menghirup udara segar, tapi sebagian besar memutuskan untuk bermain, main jala ikan, main bola, dan juga main benteng. Nah saat main benteng, aku sebenarnya sudah kentut-kentut kebelet ingin buang air besar, tapi aku tahan karena ini lagi seru-serunya jadinya aku teruskan bermain. Tiba-tiba saja aku terkejar oleh Indri, karena aku sudah kena, akhirnya aku memutuskan untuk ke toilet terdekat untuk buang air besar. 

Toilet yang paling dekat berada di masjid, nah aku di toilet sekitar 15 menit, setelah aku keluar toilet rasanya lega tapi aku kaget karena di alun-alun sudah tidak ada teman-temanku juga kakak-kakak mentor, perasaanku saat itu panik bercampur takut. Untungnya mobil baknya belum jalan jadi aku lari secepat mungkin menuju mobil baknya yang sudah berada di pinggir jalan. Saat aku sampai di mobil bak, teman-temanku sudah lengkap semua, ternyata mereka hanya menunggu aku saja, bahkan mobil bak putri sudah berangkat lebih dahulu.

Aku bersyukur karena aku masih ditunggu oleh rombonganku dan teman temanku masih ingat sama aku coba kalau tidak ingat, aku langsung ditinggal deh hiks. Pelajaran yang dapat kuambil dari peristiwa kali ini adalah “kita harus izin dan mengabari yang lain sebelum kemana mana, karena kita pergi bersama harus saling menjaga dan mengingatkan.”

Dalam perjalanan di mobil bak, kami menikmati sekeliling kami, merasakan angin sepoi-sepoi yang dingin menyapa kulit, melihat matahari terbit, mengobrol dengan teman-teman sambil kak Andit memberikan arahan juga tips selama eksplorasi. Lama kelamaan, yang tadi sekitarnya toko-toko, rumah, masih terdengar bunyi kendaran lalu lalang, jalannya masih aspal atau bagus, makin jauh makin banyak pohon, hutan, jalannya juga agak berbatu dan makin menanjak, makin meliuk-liuk dan berbelok-belok yang membuat perjalanan ini jadi semakin seruuuuuu!. Bahkan beberapa temanku yang berdiri seperti Syauqi terkena ranting pohon di wajahnya hahaha, untungnya dia baik baik saja.
 
Setelah sekitar 1 jam, kami sampai di Kampung Zuhud. Ternyata kita sampai lebih dulu daripada mobil bak putri, padahal yang berangkat duluan adalah mereka. Ternyata supir mereka memilih rute yang lebih jauh entah kenapa. Kami sampai sekitar jam setengah 8 pagi di sana. Sesaat setelah sampai, kami langsung ke saung dan segera sarapan yang telah diisi oleh kak Raken. Yaitu nasi kuning.  Setelah sarapan kami diberi waktu untuk mencuci tempat makan masing-masing dan juga istirahat sebentar. Karena jam 9 nanti kita akan bertemu dengan Kepala Dusun juga Kepala Desa di saung Kazu (Kampung Zuhud).  

Selanjutnya kira-kira 30 menit kami beristirahat, kami langsung kedatangan pak Kepala Desa atau sebutannya pak “Kuwuk” yaitu pak Cece Armudin dan juga Kepala Dusun yaitu pak Edi. Kami beramah tamah dengan mereka, pak Cece dan pak Edi memberikan arahan, setelah itu kami diajak berkeliling Dusun Sukajadi oleh mang Ondin selaku ketua Karang Taruna di sana. Saat berkeliling kami bertemu warga, kami salim dan juga menyapa mereka, orangnya di sana ramah ramah pisan euy, di sana juga ada rumah panggung loh, meskipun tidak terlalu tinggi seperti yang ada di Sumatera, di bawahnya terdapat pasak untuk menahan rumahnya, sebutanya di sana “tatapakan”, terbuat dari batu yang tingginya kira-kira sekaki kita. 

Ada yang masih tradisional rumahnya masih pakai anyaman bambu, pakai kayu, tapi ada juga yang sudah modern. Setelah kami berkeliling kami kembali ke Kazu untuk makan siang dan sholat dzuhur. 

Habis itu kami diajak ke empang abah Apep, untuk membantu melepaskan ikan. Perasaanku sih biasa aja, soalnya aku udah sering megang ikan hidup. Dari situ kami diajak ke dam. Apa itu dam? Dam itu semacam sungai, tapi orang orang disana menyebutnya dam, aku juga tidak tahu alasanya kenapa. 

Berjarak kira-kira 1 km empang, kami berjalan menyusuri hutan dan juga turunan tanjakan. Perasaanku senang sekali saat itu, berasa jadi bocah petualang, hehe. Aku berbincang-bincang dengan mang Ondin selama di perjalanan, di sini katanya hewan liarnya ada banyak, ada ular, ular cobra, kalajengking, ikan mujair, ikan-ikan kecil, serangga, kucing hutan, tupai, musang pandan, musang merah atau rubah, sebutanya di sana “lasun”, dan juga ada berang-berang loh! Makanya rata-rata empang di sana dikasih pagar agar ikan-ikan warga tidak dicuri oleh berang-berang. 

Aku juga sempat melihat bangkai ikan, dugaanku seperti ada bekas gigitan berang-berang. Kalau lasun atau rubah, seringnya makan ayam warga, tapi itu dulu sih, sekarang sudah jarang karena populasinya yang menurun, kata mang Ondin. “Mang, aman ga sih kalau kita jalan di hutan kayak gini?” tanyaku ingin tahu. “Kalau sekarang sih aman aja karena lagi musim kemarau jadi hewannya jarang keluar dari rumahnya, tapi kalau pun musim hujan aman aja asal kitanya ga ganggu duluan” jawabnya. Aku jadi dapat pelajaran baru deh dari mang Ondin, hehe. 

Sesaat setelah sampai, kami langsung bermain di sana, main ciprat- cipratan air, berenang, tapi yang paling seru adalah lompat dari ketinggian! Tingginya sekitar 5 meteran, awalnya banyak yang takut lompat, tapi kalau aku sih berani jadi aku dan beberapa teman yang berani langsung melompat saja, byurr!! Yeayyy segar banget airnya!. Nico, salah seorang temanku justru terjatuh saat melompat dari ketinggian, karena ragu-ragu. Untungnya dia jatuh ke tumpukan dedaunan jadi aman, tidak langsung jatuh ke tanah. Athar temanku yang awalnya takut melompat, tapi karena disemangati oleh teman teman yang lain jadi berani deh untuk melompat. 

Pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa kali ini ialah “jangan ragu-ragu, harus bisa mengambil keputusan, pikirkanlah matang matang, jika sudah yakin baru bertindak. Selain itu ketika takut tidak menjadi ketakutan, rasa itu baik untuk menguji keberanian.” Btw yang terakhir itu quotesnya kak Raken ya hehe. Setelah itu kami kembali ke Kazu, mandi sore, sholat maghrib dan kami menikmati makan malam bersama. Sehabis itu kita briefing lagi karena kita akan menginap dan tinggal di rumah warga Dusun Sukajadi. 

Malamnya kami diantar oleh kakak mentor ke rumah warga. Perasaanku waktu itu campur aduk, antara senang dan excited juga cemas. Kebetulan sebelum berangkat kami dibagi lagi mentornya setiap 2 regu dipegang oleh 1 mentor. Kakak mentor ku kak Andit. Setelah diantar kami salim ke ortu asuh kami, nama bapak asuhku namanya pak Kusnadi atau panggilan akrabnya pak Engkus. Kami berbincang di ruang tamunya, kami juga bertemu dengan istrinya yaitu ibu Siti Rohayati, dan anaknya yang masih duduk dibangku kelas 5 SD, Dion. 

Aku ingat apa yang dikatakan kak Shanty waktu pertemuan eksplorasi, “kalau mau gampang bicara atau ngobrolnya dengan orang baru yang sebelumnya tidak dikenal, coba cari kesamaan deh”. Akhirnya aku menemukan satu kesamaanku dengan keluarga asuhku yaitu, sama sama suka binatang, ibu Siti pernah cerita kalau dulu pernah punya kambing terus melahirkan tapi anaknya tidak mau disusuin sama induknya, akhirnya sama ibu dikasih susu dot sampai besar, dijadiin hewan peliharaan bukan hewan ternak, udah kayak kucing, bahkan sampe masuk rumah. Tapi akhirnya dijual juga sama pak Engkus. Selain kambing ibu kami pernah memelihara banyak kucing. Segera setelah kami mengobrol sekitar 1 jam, kami langsung izin untuk tidur. Kami langsung diantar ke kamar yang sudah disiapkan untuk kami. 

Paginya aku dan Raja dibangunkan oleh Nico. Kami bangun sekitar jam 3 pagi, langsung merapikan kamar, barang, dan juga ke toilet untuk membersihkan diri. Adzan subuh berkumandang, kami bertiga juga dengan pak Engkus dan Dion pergi ke masjid untuk mejalankan ibadah sholat subuh. Sepulang dari masjid, kami langsung berinisiatif membantu ibu kami yang sedang memasak. Kami membantu motong sayur, mengulek bumbu, sampai memasak nasi. Sebenarnya ibunya sudah agak modern, beliau masak nasi menggunakan rice cooker atau magic com, tapi karena ada kami, yang ingin mempelajari kehidupan orang di desa, si ibu malah menggunakan tungku untuk memasak nasinya. 

Menurutku nasi yang dimasak di tungku lebih enak juga lebih lembut.  Kalau waktu masak nasi kata ibunya “ngasuro” “ngasur ngasur ka jero” yang dalam bahasa Indonesianya berarti masuk masukin kedalam. Tungku kan bahan bakar utamanya kayu, nah kayunya ini ngasuro, ngasur ngasur ka jero. Setelah itu seperti pesan kak Andit setiap habis subuh, dan habis maghrib kami harus kembali ke Kazu untuk laporan dan evaluasi sudah ngapain aja tadi. Setelah kami ke Kazu kami langsung kembali ke rumah dan langsung sarapan pagi. Setelah kami sarapan pagi, kami langsung cuci piring, dan bersih-bersih rumah membantu ibu. Setelah itu kami bersantai dan juga menunggu giliran mandi. Untungnya di rumah kami sudah ada fasilitas kamar mandi yang lumayan bagus juga tertutup. Sumber airnya juga mudah. 

Soalnya beberapa temanku ada yang di rumahnya airnya susah karena musim kemarau, jadi mereka harus berjalan dulu untuk mandi dan mengambil air untuk dipakai keperluan sehari-hari. Aku bersyukur rumah kami tidak terlalu susah atau tidak terlalu mewah, jadi pas aja sederhana. Bapak ibu kami lumayan bisa berbahasa Indonesia, meskipun lebih sering dan fasih berbahasa Sunda. Beberapa temanku memiliki ortu yang kurang fasih berbahasa Indonesia. Setelah mandi kami bertiga juga mencuci baju masing masing, selepas itu kami diajak oleh pak Engkus menangkap ayam untuk lauk makan siang. Tapi karena ayamnya kabur terus, kami dibantu Yazdad, anak kedua abah Apep yang merupakan anak homeschooling juga. 

Setelah perjuangan sekitar 15 menit, akhirnya dapet juga deh, ternyata menangkap ayam susah juga ya, kayak di kartun Upin dan Ipin hehe. Menyembelih ayam hidup merupakan pengalaman pertamaku disana. Perasaanku sempat tegang karena aku takut cara motongnya salah, untungnya aku dibimbing oleh abah Apep dengan cara yang sesuai menurut agama Islam. Proses membersihkan ayam setelah dipotong pun aku baru mengalaminya, bersihin organ dalamnya seperti usus dan lambung menjadi bagian tugasku. Mencabuti bulu bulu ayam menjadi tugas kedua temanku. 

Kami lalu memanggang ayam itu di belakang rumah kami dengan olesan saus kecap yang lezat. Selanjutnya kami istirahat tidur-tiduran di kamar. Tiba-tiba lampu bohlam di kamar gerak gerak sendiri, dan lantai tanah pun bergerak-gerak. Tetangga pada berteriak “lini, lini!!” ternyata tadi itu adalah gempa ringan, dan lini itu artinya gempa dalam bahasa Sunda. Kata si ibu mah di sini udah sering terjadi gempa, jadi udah biasa. Perasaanku sih waktu itu panik juga kaget karena di rumahku jarang sekali terjadi gempa. Sehabis sholat Dzuhur kami bertiga dan para anak Oase lain pun pergi menuju lapangan di dekat Kazu. Nama lapangannya adalah “kaler kidul” yang berarti tempat berkumpulnya anak-anak utara (daerah bagian atas) dan selatan (daerah bagian bawah) untuk bertanding bola di sana. Tapi karena ada kami para anak Oase, akhirnya mereka bergabung menjadi 1 melawan kami. Anak Oase melawan anak kampung. 

Meskipun aku tidak ikut bermain, hanya melihat saja, aku tetap ikut menyemangati kedua pihak. Setelah bermain bola kami pulang kerumah masing-masing.

Hari per hari kujalani hayati, tidak terasa sudah 5 harian kami menginap di rumah ortu asuh kami, di Dusun Sukajadi, aku belajar banyak hal, dari melihat proses menempa besi, melihat proses pembuatan gula aren, menanam pohon, membantu membuat bolu kukus, membantu menyiram cabai, belajar juga membantu membuat cemilan sotong langsung di pabriknya, menangkap ikan, dan masih banyak lagi pengalaman seru dan berkesan lainnya. Kalau diceritakan atau diungkapkan semua bisa-bisa segunung deh pokoknya hehehe. 

Meskipun aku sempat sakit demam, pusing dimalam puncak api unggun dan tidak hadir, aku tetap bersyukur dan bahagia karena sudah belajar dan memahami banyak hal selama aku tinggal di sana. Subuhnya kami dijemput oleh kak Andit kami berpamitan dengan keluarga asuh kami, berterimkasih juga bermaaf-maafan jika ada yang kurang berkenan. 
Kami pulang menggunakan bis AC alami sampai ke Kota Tasik, dan melanjutkan dengan menggunakan bis premium yang super nyaman. Kakak mentor emang pengertian banget deh hehehe.

Pelajaran dan pengalaman yang kudapat banyak sekali hingga tidak bisa kutulis di ungkapkan, yang ku bisa lakukan hanyalah berterimakasih sebanyak banyaknya kepada para kakak-kakak mentor yang senantiasa menemani dan membimbing kami, terimakasih juga seluruh warga Dusun Sukajadi terutama ortu asuhku ibu Siti dan pak Engkus yang rela rumahnya kami tempati, dengan senang hati mengajari kami tentang kehidupan di desa. Aku haturkan juga terimakasih sebanyak banyaknya kepada ambu Yohan dan abah Apep yang telah berkenan menerima kami dengan tulus dan mempersiapkan segala macam hal demi kelancaran kegiatan eksplorasi kali ini. Teman-teman seperjuanganku aku juga berterimakasih dan bersyukur kita bisa belajar bersama mendalami kehidupan dengan bahagia dikesempatan kali ini. Semoga perjalanan eksplorasi kali ini berkah, bermanfaat, dan berdampak positif pada kita semua.

Rabu, 07 Februari 2018

Ke FKUI Museum IMERI.

Kemarin aku ikut jalan-jalan ke FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) lebih tepatnya ke museum IMERI (Indonesia Museum of Health Medicine). Ya, museum kesehatan. Museum ini baru diresmikan pada bulan September 2017 lalu. Jadi museum ini termasuk museum baru yang ada di Jakarta.     

Aku ke sana bersama rombongan anak-anak homeschooling. Saat di sana aku bertemu dengan 2 teman lamaku yaitu Rio dan Abel. Mereka adalah temanku saat aku masih duduk dibangku SD. Kami di pandu oleh 2 pemandu dokter. Menurutku, seru sekali saat di sana. Soalnya saat di museum IMERI ada alat khusus untuk laki-laki 13+ yang bisa merasakan rasanya jadi ibu-ibu yang sedang hamil! Aku dan Rio pun mencobanya. Ternyata berat sekali, ya! Mau duduk saja sudah susah apalagi kalau mau jongkok. Berat alat ini adalah 11 kg.

Di sana juga dijelaskan bagaimana sejarah kesehatan di Indonesia dimulai. Pada tahun 1846 terjadi wabah berbagai penyakit di Jawa Tengah dengan angka kematian yang sangat tinggi, terutama wabah cacar masif di Karesidenan Banyumas pada tahun 1847. Dulu orang pribumi belum mengenal yang namanya medis, jadi jika ada orang yang sakit, dia akan dibawa ke dukun untuk di sembuhkan dengan ilmu hitam. 




Sampai Dr. Willem Bosch (1798-1874), Kepala Dinas Kesehatan Hindia Belanda, mengusulkan rencana pembentukan suatu kelompok dokter pribumi yang mampu melakukan penanganan masalah kesehatan. Pada bulan Oktober 1847, Dr. W. Bosch menyarankan pendirian sekolah pendidikan kedokteran bagi orang pribumi ke pemerintah Hindia Belanda (11 Oktober 1847; letter No. 134). Pada tanggal 2 Januari 1849, terbitlah Keputusan  Pemerintah No. 22, yang menetapkan bahwa “Sejumlah 30 pemuda suku Jawa akan dididik secara cuma-cuma menjadi tenaga dalam bidang kesehatan dan vaksinatur di beberapa rumah sakit militer”.





Pada tanggal 1 Januari 1851, berdiri sekolah pelatihan dokter pribumi di rumah sakit militer Batavia. Dr.Pieter Bleeker (1819-1878) adalah seorang perwira kesehatan, tangan kanan Dr. W. Bosch, yang ditunjuk menjadi direktur sekolah pelatihan dokter pribumi (1851-1860).

Di awal pendidikan, terdapat 12 murid dan lama pendidikan adalah 2 tahun. Kurikulum pendidikan mencakup ilmu pasti, ilmu alam, ilmu kimia, botani, zoology, ilmu patologi, ilmu kebidanan, ilmu bedah, dan ilmu vaksinasi. Pendidikan diberikan dalam Bahasa Melayu. Pada tahun  1853, lulus 11 orang dan diberi gelar Dokter Djawa (berdasarkan Keputusan Pemeritah No. 10 tanggal 5 Juni 1854), namun masih dipekerjakan sebagai mantra cacar/vaksinatur. Selanjutnya oleh dinas kesehatan mereka ditempatkan di daerah-daerah sebagai petugas kesehatan di bawah pengawasan dokter-dokter militer dan sipil. Nama lembaga pendidikan kemudian berubah menjadi Dokter Djawa School.



Dr. Hermanus Frederik Roll (1867-1935), adalah pendiri dan direktur pertama STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) dalam bahasa Indonesia artinya: Sekolah Pendidikan Dokter Hindia.




Prasasti ini dibuat oleh murid-muridnya (para dokter lulusan STOVIA) sebagai bentuk penghormatan dan untuk mengenang Dr. H.F. Roll atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan perbaikan mutu pendidikan kedokteran dan mendukung kegiatan organisasi mahasiswa.

Apresiasi terhadap Dr. H.F. Roll tertuang dalam tulisan di prasasti: “Ingenium Vitamque Dedit Qui Sponte Perenni Proposito Nomen Percipiet Meritum”, yang berarti: “Apresiasi kepada seseorang yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya.” Dan kalau masih penasaran pengen tau tentang sejarahnya yang lebih detail, datang saja langsung ke museumnya! Aku rasa kepanjangan  jika harus mengetik  menjelaskan semua sejarahnya! Hehehehe.....



Semua jejak perjalanan panjang bertumbuh dan berkembangnya ilmu kesehatan di Indonesia, tercatat rapi di sini.

Setelah kami diajak berkeliling ke semua ruangan museum sambil dijelaskan oleh pemandunya, kami berhenti di ruangan bermain anak-anak. Nah, di sini pemandunya menjelaskan bagaimana cara menggosok gigi dan cuci tangan dengan bersih dan benar dengan memberi contoh simulasi.

Sesudahnya, kami diajak ke sebuah ruangan khusus, dan hanya anak 13 tahun ke atas yang diijinkan masuk. Beruntung pada saat itu umurku sudah 13 tahun, jadi aku boleh masuk, deh. Ternyata, di dalam ruangan itu tersimpan koleksi bagian-bagian tubuh manusia yang asli. Dari janin hingga manusia dewasa. Untuk menghormati pemilik dari bagian tubuh tersebut maka peraturannya dilarang memotret atau berfoto di ruangan itu. Bagian tubuh yang dipajang bahkan sudah ada dari zaman Belanda yang diawetkan dengan cairan formalin. Pemiliknya memang sudah mengijinkan untuk menyumbangkan bagian-bagian tubuhnya untuk penelitian dan kemajuan ilmu kedokteran. Sehingga kebermanfaatannya bisa kita pelajari hingga saat ini dan masa yang akan datang. Mungkin kalau mereka tidak menyumbangkan bagian-bagian tubuhnya, ilmu kedokteran tidak akan secanggih sekarang.

Aku kaget bercampur merinding saat masuk ke ruangan tersebut karena selama ini aku belum pernah melihat yang seperti itu.

Tapi, aku lega setelah pemandunya menjelaskan bahwa pemiliknya telah ikhlas menyumbangkan bagian-bagian tubuhnya untuk kemajuan ilmu kedokteran di Indonesia.

Di akhir sesi kunjungan ke museum, kami langsung diberi goodiebag yang isinya brosur dan lembar kerja siswa sesuai usianya.


Saat semua sudah selesai, aku, Rio, Abel, Aqila, dan Fayyaz merasa lapar. Kami sepakat ingin makan siang bareng di Megaria food court, tempat yang letaknya tak jauh dari FKUI.(Aqila dan Fayyaz adalah adik kelasku saat aku masih SD).


Ini adalah foto-fotoku saat di museum IMERI.



Ini adalah penandatanganan prasati peletakan batu pertama
di gedung Salemba atau di gedung FKUI, 26 Agustus 1916.







Saat pemandunya menjelaskan 
ke rombongan homeschooling kita 
semua bagaimana proses pewarisan 
sifat kita dari orang tua kita. 




Ini adalah buku absen atau buku keterangan studi para siswa kedokteran zaman dulu di Geneeskundige Hoogeschool.










                                                 
Gedung miniatur FKUI di Jakarta Pusat.
                                                  

Kamis, 01 Februari 2018

Pelatihan Bikin Game Dan Pelatihan Bikin Lukisan dari Pilok.

Beberapa minggu yang lalu, aku ingin ikut pelatihan bikin game dari android bersama kak Yudhis. Syaratnya  smartphonenya bisa download aplikasi pocket code. Tapi sayangnya kuota pesertanya sudah penuh! Setelah itu mamaku bilang ke panitia kalau ada pelatihan lagi tolong dikabarin.

Sekitar 3 hari kemudian ada kabar bahwa ada acara bikin game dari android lagi tanggal 13 Januari 2018 di hari Sabtu. Jadi mamaku langsung mendaftarkanku. Ternyata kali ini acaranya di ESOA, loh! Seruuu… banget! Kata mamaku dari dulu mama ingin sekali ke sana, jadi sekalian deh… Oh iya, ESOA adalah singkatan dari: Erudio School Of Art. Aku sendiri baru tau loh singkatannya. Hehehe…..

Misalnya ada murid kelas 3 SMA yang membuat motif pada lukisannya sendiri dari rekaman getaran suara kalimat “aku lapar” lalu dia ukur grafik getaran suaranya dan dia membuat motif dari getaran yang telah ia ukur sebelumnya, kreatif ya! Ada juga yang membuat motif karyanya dari bekas jejak kakinya sendiri saat dia sedang menari.

Waktu pun berlalu. Gak terasa sudah jam setengah 12 siang, aku sedang duduk sambil menikmati sushi yang enak. Tiba-tiba ada pengumuman dari panitia bahwa ada acara pelatihan bikin lukisan cepat dengan teknik unik dari pilok.

Wow, kedengarannya keren! Soalnya aku pernah lihat orang di instagram bikin lukisan planet-planet dari pilok dengan alas kertas glossy atau mengkilap hanya dalam beberapa menit saja!

Eh gak taunya benar saja, ternyata sama seperti yang kayak aku lihat di instagram! I‘m so excited! Hmmm…tapi, susah gak ya? Semoga mudah saja ya, hehehe.. Aku langsung mendatangi tempat pelatihan bikin lukisan planet. Ternyata pesertanya ibu-ibu semua! Cuma aku yang remaja.

Jadi ada 3 peserta yaitu: aku dan 2 ibu-ibu. Yang mengajar pelatihannya bernama kak Kiswinar. Setelah itu aku dan peserta lainnya memulai
pelatihan.

Kak Kiswinar menjelaskannya menurutku terlalu cepat! Jadinya aku bingung dicampur buru - buru. Bahkan saat di akhir pelatihan, panitia lain ada yang menghampiriku dan mengatakan “Loh dek, kok lukisannya terbalik? Seharusnya bagian glossynya atau bagian mengkilapnya di bagian depan bukan di bagian belakang!” ternyata aku salah, seharusnya bagian glossynya atau bagian mengkilapnya di depan bukan di belakang! Mungkin karena aku terlalu buru-buru jadinya begitu, soalnya kak Kiswinarnya menjelaskannya dan mengajarinya sangat cepat sekali. Mungkin juga karena tekniknya memang begitu ya? Namanya membuat lukisan cepat, hehehe.... Mungkin juga aku yang terlalu lambat hehehehe, maklumlah masih pemula.

Lumayan juga setelah pelatihan itu aku mendapatkan banyak pelajaran, misalnya: 1.Kalau sedang melukis harus fokus dan jangan takut salah. 2.Aku belajar bahwa kalau ingin membuat lukisan yang lebih baik, harus ada efek pencahayaan. Supaya lukisan terlihat lebih hidup, 3.Ternyata membuat lukisan bisa juga menggunakan barang-barang  yang ada disekitar kita, misalnya tutup botol untuk membuat bentuk lingkaran planet. Aku belajar banyak pada pelatihan saat itu.

Setelah itu aku langsung mengikuti acara pelatihan bikin game dari android bersama kak Yudhis. Ternyata lokasinya bukan di sekolah ESOA melainkan di ruko seberang jalan, yang telah disewa oleh sekolah ESOA, kira-kira jaraknya sekitar 100 M dari sekolah ESOA. Saat sampai disana ternyata pelatihannya belum dimulai, karena pesertanya belum pada datang. Padahal seharusnya sudah dimulai karena sudah jam 12 siang.

Beberapa peserta datang pada pukul 12 lewat, jadi acaranya baru mau  dimulai. Sebenarnya aku sudah pernah mengikuti les bikin game dari laptop, tapi kali ini aku tertarik karena membuat gamenya menggunakan smartphone android yang tinggal didownload aplikasinya saja. Menurutku sama saja membuat game di android atau di laptop yang membedakannya adalah kalau bikin game di android lebih mudah! Kalau di laptop lebih rumit dan susah.

Pelatihannya memerlukan waktu sekitar 4 jam. Tapi gak terasa! Bagiku itu semua terasa cuma 30 menit. Soalnya sangat menyenangkan!

Aku belajar dari acara bikin game dari android bahwa bikin game itu mudah dan simpel asalkan ada kemauan pasti bisa bikin game.



Di ESOA, bukan cuma muridnya saja yang berkarya tapi, orangtuanya juga berkarya loh!






Ini adalah salah satu contoh karya orangtua murid di ESOA.
Lukisan ini bercerita tentang "Ada orang yang ingin beli kunyit asem. Tapi karena sudah zaman modern, mau beli kunyit asem saja lewat online." Keren ya lukisannya!





                                             
   Wow, unik ya! Bikin orang-orangan dari besi                                                  lagi memahat batu atau lagi memecahkan batu.                                                Ini juga karya orangtua murid ESOA juga loh!


Di bawah ini adalah contoh karya-karyanya murid-murid ESOA.


 




Ini adalah lukisan yang memerlukan 
proses pembuatan selama 3 minggu,
seperti yang aku certiakan sebelumnya. 
Bagus ya!



                                                                      
    Ini adalah lukisan yang sangat unik.
Karena, lukisan ini dibuat oleh penari tradisional.
Jadi, lukisan ini dibuat dari bekas jejak 
kakinya sendiri saat dia sedang menari.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya!
                           




Ini adalah lukisan yang menggambarkan keragaman di Indonesia.






 Saat aku ikut pelatihan bikin lukisan cepat dengan tehnik unik dari pilok
bersama kak Kiswinar.






Saat pelatihan bikin game dan sesudah pelatihan bikin game dari android
bersama kak Yudhis.