Sabtu, 23 November 2019


Eksplorasi 2019

Halo Semuanyaaaa!! Udah lama tidak nulis blog nih hehe, kali ini aku ingin bercerita pengalamanku saat melakukan perjalanan eksplorasi bersama teman-teman Oaseku.

Sebelum melakukan perjalanan eksplorasi ini, kami sudah diberi perbekalan dan persiapan terlebih dahulu oleh kakak mentor agar saat eksplorasi kami tidak kaget akan hal-hal baru dan juga sudah siap menghadapi tantangan yang ada di depan mata nanti. 2 bulanan kami mempersiapkan diri. Persiapannya mulai dari olahraga 30 menit atau jalan 3 km, membuat jurnal, memasak, mewawancarai orang baru dan lain-lain.

Meskipun cukup sulit, kadang males, lelah, tapi menurutku itu sepadan dengan apa yang aku dapatkan selama eksplorasi ini dan jujur, mungkin aku tidak akan sanggup melakukan eksplorasi ini kalau tidak melakukan persiapannya terlebih dahulu.

Yuk, ikuti keseruan ceritanya yah!

Pada tanggal 10 November 2019, aku dan teman-teman Oase yang lain akan melakukan perjalanan eksplorasi ke Kampung Zuhud, Dusun Sukajadi, Desa Hergamanah, Kecamatan Cidolog, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Kami berangkat dengan total anak 24 orang, 14 laki-laki, 10 perempuan juga ditemani para kakak mentor yang setia membimbing dan menemani kami. Sebelum berangkat kami juga sudah dibagi per tim atau per regu. Rata-rata satu regu terdiri dari 3 orang, tetapi ada juga yang regunya hanya 2 orang, dan ada juga yang 1 regunya 4 orang sekaligus. Regu laki-laki diberi nama rasi bintang atau zodiak, sedangkan regu perempuan diberi nama bunga. Nama reguku adalah Libra, reguku beranggotakan 3 orang, aku (15 tahun), Nico (15 tahun) dan juga Raja (11 tahun). Kebetulan aku adalah pemimpin reguku lohh hehe.

Kami berkumpul di Stasiun Pasar Senen jam 7 malam, tapi karena aku lebih awal datangnya sekitar jam 6 lewat, jadi aku menunggu sebentar di depan musholla bersama temanku Danish yang juga lebih awal datangnya. Setelah sudah banyak yang berkumpul aku, Vacha, Syabil dan teman teman yang lain, dimintai tolong oleh kak Ayu untuk mengeprint tiket keretanya. Karena aku belum pernah mengeprint tiket kereta, jadi aku diajari caranya oleh Vacha. Jadi pengalaman baru deh hehehe.

Setelah semua tiket sudah diprint kami serahkan tiketnya pada kak Raken, lalu kami semua menunggu teman teman yang belum datang seperti Billy, Athar, dan Raja. Kita juga menunggu Vacha, karena saat mengeprint tadi mesin yang Vacha gunakan rusak atau eror, jadi tiketnya tidak keluar, harus diurus ke petugasnya terlebih dulu ditemani kak Ayu.

Setelah semuanya datang, sekitar jam setengah 9, kami semua briefing bersama dan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing masing agar diberi kelancaran dan kemudahan dalam perjalanan. Lalu kak Raken membagikan tiket ke semua peserta eksplorasi.

Sesudah itu kami semua berpamitan dengan keluarga dan mempersiapkan diri untuk naik kereta. Perasaanku excited dan senang karena ini pertama kalinya aku melakukan live-in atau tinggal di rumah orang yang tidak dikenal sama sekali, jadinya kepikiran terus hehe.  

Sesuai dengan jadwal keberangkatannya yaitu jam 9 malam, kami berangkat menuju stasiun Tasikmalaya. Diperkirakan kami akan sampai jam 4 pagi disana, berarti kami akan menghabiskan waktu sekitar 7 jam di dalam kereta. 

Saat di kereta, beberapa temanku ada yang di tegur oleh petugas keamanan karena suara mereka terlalu kencang, untungnya aku dan teman teman yang berada di sampingku Billy, Athar, Nico, Ibrahim dan juga Giga suaranya pelan pelan jadi kami tidak di sampai di tegur, menurutku pelajaran yang bisa diambil adalah “ngobrol dan bercanda boleh, tapi harus lihat kondisi sekitar” karena kita kan naik kereta umum, jadi suaranya harus pelan pelan dan juga berkata sopan santun.

Ternyata diluar perkiraan, kami sampai di Tasik jam setengah 5, telat 30 menitan. Mungkin penyebabnya karena ada perubahan jadwal atau transit yang lumayan lama. Selepas kami turun dari kereta, kami langsung menaruh tas kami di mobil bak dan segara berjalan ke musholla untuk melakukan sholat subuh dan cuci muka, bersih-bersih. Karena sudah lumayan telat dari jadwal, yang tadinya jadwalnya sarapan, akhirnya kami hanya diminta tempat makan oleh kak Raken, biar kak Raken yang isi makanannya dan makan di Kampung Zuhud saja. Sekitar jam 5 subuh kami berangkat dari stasiun Tasik menggunakan 2 mobil bak, 1 berisi putra, 1 berisi putri. 

Saat kami sampai, dengan mobil gagah putih pajeronya, Abah Apep dan Ambu Yohan menyambut kami penuh kehangatan. Mereka merupakan pemilik Kampung Zuhud dimana kami akan melakukan eksplorasi nanti. Oh iya, Kampung Zuhud sendiri itu bukan benar-benar kampung lho! Jadi sebenarnya pertamanya itu tanahnya Abah Apep, tapi karena Abah Apep ingin membuat seperti area belajar, dinamakanlah Kampung Zuhud. Kenapa namanya Kampung Zuhud? Nama tersebut diambil dari nama panjang Abah Apep yaitu Apep Zuhdi (Zuhud), yuk follow instagramnya @kampungzuhud untuk detailnya yaaa.

Kami berhenti di alun-alun Manon Jaya untuk menunggu kak Raken mengisi tempat bekal kami. Sambil menunggu, akhirnya kami memutuskan bersantai sebentar sambil menghirup udara segar, tapi sebagian besar memutuskan untuk bermain, main jala ikan, main bola, dan juga main benteng. Nah saat main benteng, aku sebenarnya sudah kentut-kentut kebelet ingin buang air besar, tapi aku tahan karena ini lagi seru-serunya jadinya aku teruskan bermain. Tiba-tiba saja aku terkejar oleh Indri, karena aku sudah kena, akhirnya aku memutuskan untuk ke toilet terdekat untuk buang air besar. 

Toilet yang paling dekat berada di masjid, nah aku di toilet sekitar 15 menit, setelah aku keluar toilet rasanya lega tapi aku kaget karena di alun-alun sudah tidak ada teman-temanku juga kakak-kakak mentor, perasaanku saat itu panik bercampur takut. Untungnya mobil baknya belum jalan jadi aku lari secepat mungkin menuju mobil baknya yang sudah berada di pinggir jalan. Saat aku sampai di mobil bak, teman-temanku sudah lengkap semua, ternyata mereka hanya menunggu aku saja, bahkan mobil bak putri sudah berangkat lebih dahulu.

Aku bersyukur karena aku masih ditunggu oleh rombonganku dan teman temanku masih ingat sama aku coba kalau tidak ingat, aku langsung ditinggal deh hiks. Pelajaran yang dapat kuambil dari peristiwa kali ini adalah “kita harus izin dan mengabari yang lain sebelum kemana mana, karena kita pergi bersama harus saling menjaga dan mengingatkan.”

Dalam perjalanan di mobil bak, kami menikmati sekeliling kami, merasakan angin sepoi-sepoi yang dingin menyapa kulit, melihat matahari terbit, mengobrol dengan teman-teman sambil kak Andit memberikan arahan juga tips selama eksplorasi. Lama kelamaan, yang tadi sekitarnya toko-toko, rumah, masih terdengar bunyi kendaran lalu lalang, jalannya masih aspal atau bagus, makin jauh makin banyak pohon, hutan, jalannya juga agak berbatu dan makin menanjak, makin meliuk-liuk dan berbelok-belok yang membuat perjalanan ini jadi semakin seruuuuuu!. Bahkan beberapa temanku yang berdiri seperti Syauqi terkena ranting pohon di wajahnya hahaha, untungnya dia baik baik saja.
 
Setelah sekitar 1 jam, kami sampai di Kampung Zuhud. Ternyata kita sampai lebih dulu daripada mobil bak putri, padahal yang berangkat duluan adalah mereka. Ternyata supir mereka memilih rute yang lebih jauh entah kenapa. Kami sampai sekitar jam setengah 8 pagi di sana. Sesaat setelah sampai, kami langsung ke saung dan segera sarapan yang telah diisi oleh kak Raken. Yaitu nasi kuning.  Setelah sarapan kami diberi waktu untuk mencuci tempat makan masing-masing dan juga istirahat sebentar. Karena jam 9 nanti kita akan bertemu dengan Kepala Dusun juga Kepala Desa di saung Kazu (Kampung Zuhud).  

Selanjutnya kira-kira 30 menit kami beristirahat, kami langsung kedatangan pak Kepala Desa atau sebutannya pak “Kuwuk” yaitu pak Cece Armudin dan juga Kepala Dusun yaitu pak Edi. Kami beramah tamah dengan mereka, pak Cece dan pak Edi memberikan arahan, setelah itu kami diajak berkeliling Dusun Sukajadi oleh mang Ondin selaku ketua Karang Taruna di sana. Saat berkeliling kami bertemu warga, kami salim dan juga menyapa mereka, orangnya di sana ramah ramah pisan euy, di sana juga ada rumah panggung loh, meskipun tidak terlalu tinggi seperti yang ada di Sumatera, di bawahnya terdapat pasak untuk menahan rumahnya, sebutanya di sana “tatapakan”, terbuat dari batu yang tingginya kira-kira sekaki kita. 

Ada yang masih tradisional rumahnya masih pakai anyaman bambu, pakai kayu, tapi ada juga yang sudah modern. Setelah kami berkeliling kami kembali ke Kazu untuk makan siang dan sholat dzuhur. 

Habis itu kami diajak ke empang abah Apep, untuk membantu melepaskan ikan. Perasaanku sih biasa aja, soalnya aku udah sering megang ikan hidup. Dari situ kami diajak ke dam. Apa itu dam? Dam itu semacam sungai, tapi orang orang disana menyebutnya dam, aku juga tidak tahu alasanya kenapa. 

Berjarak kira-kira 1 km empang, kami berjalan menyusuri hutan dan juga turunan tanjakan. Perasaanku senang sekali saat itu, berasa jadi bocah petualang, hehe. Aku berbincang-bincang dengan mang Ondin selama di perjalanan, di sini katanya hewan liarnya ada banyak, ada ular, ular cobra, kalajengking, ikan mujair, ikan-ikan kecil, serangga, kucing hutan, tupai, musang pandan, musang merah atau rubah, sebutanya di sana “lasun”, dan juga ada berang-berang loh! Makanya rata-rata empang di sana dikasih pagar agar ikan-ikan warga tidak dicuri oleh berang-berang. 

Aku juga sempat melihat bangkai ikan, dugaanku seperti ada bekas gigitan berang-berang. Kalau lasun atau rubah, seringnya makan ayam warga, tapi itu dulu sih, sekarang sudah jarang karena populasinya yang menurun, kata mang Ondin. “Mang, aman ga sih kalau kita jalan di hutan kayak gini?” tanyaku ingin tahu. “Kalau sekarang sih aman aja karena lagi musim kemarau jadi hewannya jarang keluar dari rumahnya, tapi kalau pun musim hujan aman aja asal kitanya ga ganggu duluan” jawabnya. Aku jadi dapat pelajaran baru deh dari mang Ondin, hehe. 

Sesaat setelah sampai, kami langsung bermain di sana, main ciprat- cipratan air, berenang, tapi yang paling seru adalah lompat dari ketinggian! Tingginya sekitar 5 meteran, awalnya banyak yang takut lompat, tapi kalau aku sih berani jadi aku dan beberapa teman yang berani langsung melompat saja, byurr!! Yeayyy segar banget airnya!. Nico, salah seorang temanku justru terjatuh saat melompat dari ketinggian, karena ragu-ragu. Untungnya dia jatuh ke tumpukan dedaunan jadi aman, tidak langsung jatuh ke tanah. Athar temanku yang awalnya takut melompat, tapi karena disemangati oleh teman teman yang lain jadi berani deh untuk melompat. 

Pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa kali ini ialah “jangan ragu-ragu, harus bisa mengambil keputusan, pikirkanlah matang matang, jika sudah yakin baru bertindak. Selain itu ketika takut tidak menjadi ketakutan, rasa itu baik untuk menguji keberanian.” Btw yang terakhir itu quotesnya kak Raken ya hehe. Setelah itu kami kembali ke Kazu, mandi sore, sholat maghrib dan kami menikmati makan malam bersama. Sehabis itu kita briefing lagi karena kita akan menginap dan tinggal di rumah warga Dusun Sukajadi. 

Malamnya kami diantar oleh kakak mentor ke rumah warga. Perasaanku waktu itu campur aduk, antara senang dan excited juga cemas. Kebetulan sebelum berangkat kami dibagi lagi mentornya setiap 2 regu dipegang oleh 1 mentor. Kakak mentor ku kak Andit. Setelah diantar kami salim ke ortu asuh kami, nama bapak asuhku namanya pak Kusnadi atau panggilan akrabnya pak Engkus. Kami berbincang di ruang tamunya, kami juga bertemu dengan istrinya yaitu ibu Siti Rohayati, dan anaknya yang masih duduk dibangku kelas 5 SD, Dion. 

Aku ingat apa yang dikatakan kak Shanty waktu pertemuan eksplorasi, “kalau mau gampang bicara atau ngobrolnya dengan orang baru yang sebelumnya tidak dikenal, coba cari kesamaan deh”. Akhirnya aku menemukan satu kesamaanku dengan keluarga asuhku yaitu, sama sama suka binatang, ibu Siti pernah cerita kalau dulu pernah punya kambing terus melahirkan tapi anaknya tidak mau disusuin sama induknya, akhirnya sama ibu dikasih susu dot sampai besar, dijadiin hewan peliharaan bukan hewan ternak, udah kayak kucing, bahkan sampe masuk rumah. Tapi akhirnya dijual juga sama pak Engkus. Selain kambing ibu kami pernah memelihara banyak kucing. Segera setelah kami mengobrol sekitar 1 jam, kami langsung izin untuk tidur. Kami langsung diantar ke kamar yang sudah disiapkan untuk kami. 

Paginya aku dan Raja dibangunkan oleh Nico. Kami bangun sekitar jam 3 pagi, langsung merapikan kamar, barang, dan juga ke toilet untuk membersihkan diri. Adzan subuh berkumandang, kami bertiga juga dengan pak Engkus dan Dion pergi ke masjid untuk mejalankan ibadah sholat subuh. Sepulang dari masjid, kami langsung berinisiatif membantu ibu kami yang sedang memasak. Kami membantu motong sayur, mengulek bumbu, sampai memasak nasi. Sebenarnya ibunya sudah agak modern, beliau masak nasi menggunakan rice cooker atau magic com, tapi karena ada kami, yang ingin mempelajari kehidupan orang di desa, si ibu malah menggunakan tungku untuk memasak nasinya. 

Menurutku nasi yang dimasak di tungku lebih enak juga lebih lembut.  Kalau waktu masak nasi kata ibunya “ngasuro” “ngasur ngasur ka jero” yang dalam bahasa Indonesianya berarti masuk masukin kedalam. Tungku kan bahan bakar utamanya kayu, nah kayunya ini ngasuro, ngasur ngasur ka jero. Setelah itu seperti pesan kak Andit setiap habis subuh, dan habis maghrib kami harus kembali ke Kazu untuk laporan dan evaluasi sudah ngapain aja tadi. Setelah kami ke Kazu kami langsung kembali ke rumah dan langsung sarapan pagi. Setelah kami sarapan pagi, kami langsung cuci piring, dan bersih-bersih rumah membantu ibu. Setelah itu kami bersantai dan juga menunggu giliran mandi. Untungnya di rumah kami sudah ada fasilitas kamar mandi yang lumayan bagus juga tertutup. Sumber airnya juga mudah. 

Soalnya beberapa temanku ada yang di rumahnya airnya susah karena musim kemarau, jadi mereka harus berjalan dulu untuk mandi dan mengambil air untuk dipakai keperluan sehari-hari. Aku bersyukur rumah kami tidak terlalu susah atau tidak terlalu mewah, jadi pas aja sederhana. Bapak ibu kami lumayan bisa berbahasa Indonesia, meskipun lebih sering dan fasih berbahasa Sunda. Beberapa temanku memiliki ortu yang kurang fasih berbahasa Indonesia. Setelah mandi kami bertiga juga mencuci baju masing masing, selepas itu kami diajak oleh pak Engkus menangkap ayam untuk lauk makan siang. Tapi karena ayamnya kabur terus, kami dibantu Yazdad, anak kedua abah Apep yang merupakan anak homeschooling juga. 

Setelah perjuangan sekitar 15 menit, akhirnya dapet juga deh, ternyata menangkap ayam susah juga ya, kayak di kartun Upin dan Ipin hehe. Menyembelih ayam hidup merupakan pengalaman pertamaku disana. Perasaanku sempat tegang karena aku takut cara motongnya salah, untungnya aku dibimbing oleh abah Apep dengan cara yang sesuai menurut agama Islam. Proses membersihkan ayam setelah dipotong pun aku baru mengalaminya, bersihin organ dalamnya seperti usus dan lambung menjadi bagian tugasku. Mencabuti bulu bulu ayam menjadi tugas kedua temanku. 

Kami lalu memanggang ayam itu di belakang rumah kami dengan olesan saus kecap yang lezat. Selanjutnya kami istirahat tidur-tiduran di kamar. Tiba-tiba lampu bohlam di kamar gerak gerak sendiri, dan lantai tanah pun bergerak-gerak. Tetangga pada berteriak “lini, lini!!” ternyata tadi itu adalah gempa ringan, dan lini itu artinya gempa dalam bahasa Sunda. Kata si ibu mah di sini udah sering terjadi gempa, jadi udah biasa. Perasaanku sih waktu itu panik juga kaget karena di rumahku jarang sekali terjadi gempa. Sehabis sholat Dzuhur kami bertiga dan para anak Oase lain pun pergi menuju lapangan di dekat Kazu. Nama lapangannya adalah “kaler kidul” yang berarti tempat berkumpulnya anak-anak utara (daerah bagian atas) dan selatan (daerah bagian bawah) untuk bertanding bola di sana. Tapi karena ada kami para anak Oase, akhirnya mereka bergabung menjadi 1 melawan kami. Anak Oase melawan anak kampung. 

Meskipun aku tidak ikut bermain, hanya melihat saja, aku tetap ikut menyemangati kedua pihak. Setelah bermain bola kami pulang kerumah masing-masing.

Hari per hari kujalani hayati, tidak terasa sudah 5 harian kami menginap di rumah ortu asuh kami, di Dusun Sukajadi, aku belajar banyak hal, dari melihat proses menempa besi, melihat proses pembuatan gula aren, menanam pohon, membantu membuat bolu kukus, membantu menyiram cabai, belajar juga membantu membuat cemilan sotong langsung di pabriknya, menangkap ikan, dan masih banyak lagi pengalaman seru dan berkesan lainnya. Kalau diceritakan atau diungkapkan semua bisa-bisa segunung deh pokoknya hehehe. 

Meskipun aku sempat sakit demam, pusing dimalam puncak api unggun dan tidak hadir, aku tetap bersyukur dan bahagia karena sudah belajar dan memahami banyak hal selama aku tinggal di sana. Subuhnya kami dijemput oleh kak Andit kami berpamitan dengan keluarga asuh kami, berterimkasih juga bermaaf-maafan jika ada yang kurang berkenan. 
Kami pulang menggunakan bis AC alami sampai ke Kota Tasik, dan melanjutkan dengan menggunakan bis premium yang super nyaman. Kakak mentor emang pengertian banget deh hehehe.

Pelajaran dan pengalaman yang kudapat banyak sekali hingga tidak bisa kutulis di ungkapkan, yang ku bisa lakukan hanyalah berterimakasih sebanyak banyaknya kepada para kakak-kakak mentor yang senantiasa menemani dan membimbing kami, terimakasih juga seluruh warga Dusun Sukajadi terutama ortu asuhku ibu Siti dan pak Engkus yang rela rumahnya kami tempati, dengan senang hati mengajari kami tentang kehidupan di desa. Aku haturkan juga terimakasih sebanyak banyaknya kepada ambu Yohan dan abah Apep yang telah berkenan menerima kami dengan tulus dan mempersiapkan segala macam hal demi kelancaran kegiatan eksplorasi kali ini. Teman-teman seperjuanganku aku juga berterimakasih dan bersyukur kita bisa belajar bersama mendalami kehidupan dengan bahagia dikesempatan kali ini. Semoga perjalanan eksplorasi kali ini berkah, bermanfaat, dan berdampak positif pada kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar